Senin, 31 Januari 2011

Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs ( Iman Kepada Allah )

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai disiplin ilmu keislaman yang berdiri sendiri, Akidah Islamiyah memiliki pengertian, dasar, dan tujuan yang membedakan dengan disiplin ilmu keislaman lainnya.
Sebagai calon guru PAI, tentunya kita harus memahami dan mengerti secara tepat pengertian, dasar dan tujuan mempelajari Ilmu Aqidah. Hal ini selain berguna untuk menambah bekal dan wawasan kita sebagai calon guru, juga insyaallah akan memperkuat keimanan kita terhadap Allah SWT sehingga setiap gerak dan perilaku kita mencerminkan
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini lebih terarah, kami coba rumuskan beberapa pokok bahasan yang akan kami bahas dalam makalah ini.
Makalah ini secara garis besar terdiri dari tiga pokok bahasan dan masing-masing bahasan akan kami sajikan dalam satu makalah dan dipresentasikan selama tiga kali tatap muka. Adapun tiga pokok bahasan yang akan kami sajikan diantaranya ialah :
1. Iman Kepada Allah,
2. Iman Kepada Rasulullah,
3. Iman kepada hari Akhir
Ketiga pokok bahasan tersebut kami pilih sesuai dengan kesepakatan diskusi kelas dan berdasarkan pertimbangan serta anjuran dari dosen pengampu mata kuliah "Pendidikan Agama Islam Luar Sekolah"
BAB II
IMAN KEPADA ALLAH

A. Pengertian Iman Kepada Allah
Iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab, amana – yu'minu – imanan yang artinya percaya. Kata iman selanjutnya menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadanita mengartikan iman sebagai berikut : 1. Keimanan (yang berkaitan dengan agama) ; yakin percaya kepada Allah. 2. Ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin.
Adapun iman dari segi istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Yusuf Al-Qadrawi misalnya mengatakan, bahwa iman adalah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi iman bukanlah hanya sekedar ucapan lidah, bukan hanya perbuatan dan bukan pula hanya merupakan pengetahuan tentang rukun iman dan hal-hal lain yang perlu diimani seperti kehidupan diakhirat, alam ghaib dan sebagainya.
Pengertian tersebut sejalan pula dengan sabda nabi,
اَلإِيْمَانُ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَ عَمَلُ بِلأَرْكَانِ
Artinya : Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan (H.R Al-Thabrani)
Dalam ungkapan lain yang hampir bersamaan dengan bunyi hadits tersebut, iman dikatan sebagai berikut :
قَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَ عَمَلٌ بِالأرْكَانِ
Artinya : Mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengerjakan dengan segenap anggota badan.
Sementara itu Sayid Sabiq dalam bukunya Akidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman mengatakan, bahwamenurutnya pengertian iman dan aqidah itu tersusun dari enam perkara, yaitu ma'rifat kepada Allah, ma'rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta, ma'rifat dengan kitab-kitab Allah, ma'rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul, ma'rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat itu, dan ma'rifat kepada takdir (kada dan kadar)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat diketahui bahwa iman menurut istilah terdiri dari tiga unsur yakni unsur keyakinan atau kepercayaan dalam hati, unsur ucapan yang mengakui terhadap segenap yang harus diimani menurut Allah dan Rasul-Nya, dan melaksanakan segala yang dipercayainya itu dengan mengerahkan segenap anggota badan.
Ketiga unsur iman tersebut harus bersatu padu, dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Karena pemisahan terhadap unsur-unsur iman akan berakibat timbulnya paham yang keliru. Seperti halnya orang yang mengucapkan iman dengan lisannya dan mengamalkan dengan segenap perbuatan anggota badan, tetapi tidak disertai dengan pengakuan didalam hati, tidaklah disebut beriman. Orang yang demikian dalam Al-Qur'an disebut orang munafik. Firman Allah swt.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ امَنَّا بِاللهِ وَ بِلْيَوْمِلأخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ [8] يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَ الَّذِيْنَ امَنُوا وَمَايَخْدَعُوْنَ اِلاَّ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ [9]
Artinya : Dan diantara manusia itu ada yang mengatakan : "kami beriman kepada Allah dan hari akhir", sedang yang sebenarnya (dalam hati)mereka tidaklah termasuk orang-orang mukmin. Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu dirinya sendiri dan mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah, 2: 8-9)
Adapun makna iman kepada Allah juga tidak hanya sekedar percaya dan pengakuan akan adanya Allah, akan tetapi mencakup dimensi yang lebih luas yaitu pengucapan dan perbuatan. Atau dengan kata lain Percaya kepada Allah yang diyakini dengan hati dan diucapkan dengan lisan(Syahadatain) serta diimplementasikan dengan amal perbuatan sebagai cerminan bahwa seseorang telah beriman kepada Allah. Mungkin pernyataan tersebut lebih tepat untuk makna iman kepada Allah.
Imam Abnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Said Al-Khudri dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda :
قَالَ مُوْسَى : يَا رَبِّى عَلِمْنِى شَيْئًا اَذْكُرُكَ وَاَدْعُوْكَ بِهِز قَالَ: قُلْ يَامُوْسَى: "لآاِله اِلاَّ الله" قَالَ: يَا رَبِّ، كُلَّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هذَا، قَالَ: يَامُوْسَى: لَوْ اَنَّ السَّمَواتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِيْ وَالأرْضِيْنَ السَّبْعَ فِى كِفَّةٍ وَلآإله الاّ اللهَ فِى كِفَّةٍ قَالَتْ بِهِنَّ لآإله الاّ اللهُ
Musa berkata : "Wahai Tuhanku ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat kupergunakan untuk memuji dan menyebut-Mu". Allah menjawab :"Wahai Musa, ucapkanlah Laaillaha illallah" ! Musa berkata :" WAhai Tuhanku semua hamba-Mu telah mengucapkannya". Allah menjawab :"Tidak apa-apa sekiranya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta isinya, selain Aku, diletakan pada satu sisi timbangan dan pada sisi timbangan lainnya diletakan kalimat Laailaha illallah, niscaya timbangan yang berisi kalimat lailahaillah akan lebih berat dibanding si8sitimbangan yang satunya lagi" (Muhammad Thahir Badri, 1984 :110)
Kalimat laaillaha illallahu adalah suatu pernyataan tentang keberadaan Allah Yang Maha Esa; Tiada Tuhan selain Dia. Merupakan bagian dari kalimat syahadatain yang harus diucapkan oleh seseorang yang akan masuk dan memeluk agama Islam. Bentuk pernyataan pengakuan terhadap Allah berimplikasi pada pengakuan-pengakuan lainnya yang berhubungan dengan-Nya, seperti Dzat Allah, sifat-sifat Allah, kehendak Allah, Perbuatan Allah, para nabi dan Rasul Allah, hari kiamat, serta surga dan neraka. Hal tersebut merupakan reaksi dari Tauhid (Keesaan Allah) yang menjadi inti ajaran Islam. Oleh karena itu pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan Tuhan-tuhan lainnya yang di percayai oleh para pengaut agama-agama selain Islam.
B. Kemustahilan Menemukan Dzat Allah
Allah Maha Esa baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan-Nya. Esa dalam dzat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan Dia tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat berarti tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat seperti sifat yang dimiliki Allah. Dan Esa dalam perbuatan ialah tak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.
Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya, telah membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupan. Akal pikiran tersebut merupakan cirri keistimewaan manusia sekaligus faktor pembeda manusia dengan mahluk lainnya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melalui akal pikirannya; sebaliknya manusia pun dapat terjerumus dalam kehidupan yang hina melalui akalnya. Akal sekalipun telah dipergunakan dengan sungguh-sungguh, keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal. Salah satu persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal adalah masalah dzat Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an
لاَ تُدْرِكْهُ الأَبْصَرُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارُوَهُوَ لَطِيْفُ الْخَبِيْرُ
Artinya : Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, seedangkan Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS. Al-An'am : 103)
Allah menunjukan kesempurnaan-Nya melalui sifat-sifat-Nya. Secara harfiah sifat adalah sewsuatu yang melekat pada dzat, seperti sifat hitam tang melekat pada kopi, atau sifat putih yang melekat pada kapur. Beriman kepada Allah dapat dilakukan antara lain dengan pemahaman terhadap sifat-sifat-Nya. Para ahli ilmu Tauhid dari kalangan As'ariyah dan Maturidiyah membagi sifat Allah dari segi kelayakannya kepada tiga bagian, yakni : sifat yang wajib, mustahil dan jaiz.
Dalam pada itu sifat-sifat yang wajib bagi Allah yaitu sifat-sifat yang harus ada pada Allah yang menunjukan kesempurnaan-Nya. Melalui sifat-sifat-Nya inilah Allah memperkenalkan diri-Nya kepada mahluk, dan bukan melalui dzat-Nya, sebab Allah tidak dapat dibayangkan bentuk, rupa dan cirri-ciri-Nya. Nabi bersabda.
تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللهِ وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِى ذَاتِ اللهِ
Artinya : "Berfikirlah kamu sekalian pada ciptaan Allah, dan janganlah berfikir tentang dzat Allah (H. R. Bukhari)
Demikian pula sifat-sifat-Nya tidak dapat disamakan dengan sifat-sifat yang ada pada mahluk-Nya. Tuhan misalnya mempunyai sifat Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim (Maha Penyayang). Manusia juga mempunyai sifat-sifat yang demikian itu. Namun sifat-sifat manusia yang demikian itu terbatas dan tidak mutlak.
Sifat-sifat yang wajib bagi Allah itu ada 20 sifat yang dilihat dari segi fungsi dan kedudukannya dapat dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu :
NO SIFAT JUMLAH KETERANGAN
1 Nafsiah 1 Wujud
2 Salbiah 5 Qidam,Baqa, Mukhalafatu lil hawaditsi , Qiyamuhu binafsisi, Wahdaniyah
3 Ma'ani 7 Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, Kalam
4 Ma'nawiyah 7 Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami'an, Bashiran, Mutakalliman
1. Sifat Nafsiah, ialah sifat yang tidak lain dari diriatau dzat Tuhan sendiri. Yang termasuk kedalam sifat ini hanya satu, yaitu Sifat Wujud yang artinya Ada. Wujud Allah itu tidak lain dari dzat-Nya atau diri-Nya . Dia ada selamanya, tidak didahului oleh ketiadaan, atau diakhiri oleh ketiadaan. Ia ada sejak azali dan akan terus ada. Ia ada bukan karena ada yang menciptakan-Nya.
2. Sifat Salbiah, ialah sifat yang meniadakan sifat lainnya, yaitu jika sifat itu ada maka dengan sendirinya sifat yang sebagai lawannya tidak ada.
3. Sifat Ma'ani artinya makna-makna. Maksudnya Allah memiliki sifat-sifat berupa makna-makna yang lain dari makna zat-Nya.
4. Sifat Ma'nawiyah berarti sesuatu yang bersifat makna. Adanya sifat maknawiyah inilah merupakan konsekuensi logis dari adanya sifat ma'ani.
Mustahil berasal dari bahasa arabyaitu Istahala,yastahilu,istihalan yang artinya menurut akal tidak dapat diterima adanya. Adapun yang dimaksud dengan sifat-sifat mustahil bagi Allah adalah sifat sifat yang menurut akal tidak mungkin ada pada Tuhan.
Sifat-sfat yang mustahil ini jumlahnya ada 20, sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah. Karena sifat yang mustahil ini pada hakekatnya adlah merupakan dari lawan sifat-sifat yang wajib bagi Allah. Dibawah ini adalah sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah.
1) Wujud : Maha Ada >< Adam : Tidak ada 2) Qidam : Terdahulu >< Huduts : Baru 3) Baqa : Kekal >< Fana : Rusak 4) Mukhalafatulilhawaditsi : tidak menyerupai sesuatu yang baru >< Mumatsalatulihawaditsi : menyerupai sesuatu yang baru 5) Qiyamuhu Binafsihi : Tidak membutuhkan apa pun >< Ihtiyaju Lighairihi : Butuh kepada selain dari-Nya 6) Wahdaniyah : Maha Esa >< Ta'addud : Terbilang atau lebih dari satu 7) Qudrat : Maha Kuasa >< 'Ajz : Lemah 8) Iradat : Maha berkehendak >< Karahah : terpaksa 9) Ilmu : Maha mengetahui >< Jahl : Bodoh 10) Hayat : Maha Hidup >< Maut : Mati 11) Sama' : Maha Mendengar >< Shamam : Tuli 12) Bashar : Maha melihat >< Umyun : Buta 13) Kalam : Maha berbicara >< Bukmun : Bisu 14) Qadiran : Yang Maha Kuasa >< 'Ajizan : Yang lemah 15) Muridan : Yang Maha berkehendak >< Mukrohan : terpaksa 16) Aliman : Yang Maha Mengetahui >< Jahilan : Yang bodoh 17) Hayyan : Yang Maha HIdup >< Mayyitan : yang mati 18) Sami'an : Yang Maha Mendengar >< ashammu : yang tuli 19) Bashiran : Yang Maha melihat >< A'ma : yang buta 20) Mutakaliman : Yang Maha Berbicara >< abkam >< : yang bisu
Kata jaiz berasal dari bahasa arab yang artinya boleh. Sedangkan yang dimaksud jaiz dalam pembahasan ini adalah adalah sifat yang menurut pandangan akal boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah SWT. Dengan demikian sifat jaiz menunjukan pada sesuatu pada Allah yang boleh melakukannya atau tidak melakukannya, atau boleh bersifat demikian dan boleh pula tidak bersifat demikian.
Dengan demikian semua perbuatan Allah bukan merupakan kewajiban. Jika demikian itu merupakan kewajiban, berarti adakekuasaan lain yang lebih tinggi dari Tuhan. Dan terdapat kesan seolah-olah tidak bebas melakukan kehendak-Nya. Sifat yang jaiz bagi Allah hanya satu yaitu membuat atau tidak membuat segala sesuatu yang mungkin terjadi (Fi'lu kulli mukminin au tarkuhu)
Namun demikian kebebasan Allah dalam menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, bukan berarti Allah boleh melakukan yang sia-sia atau yang tidak ada manfaatnya. Semua yang dicptakan tuhan selalu mengandung manfaat bagi manusia. Allah berfirman
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka (Q.S Al-Al Imran, 3: 191)
Namun demikian, apa saja yang akan dicptakan Tuhan, dan apa saja manfaat yang ditentukan-Nya juga bergantung pada kehendak Tuhan sendiri. Firman Allah swt
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ
Artinya : Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih (QS. Al-Qashash : 28-29)
C. Argumen Keberadaan Allah
Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan Tuhan. Pertama, Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari tidak ada (creation ex nihilo) terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel ( jauhar) yang merupakan inti. Ketiga, Paham yang mengatakan bahwa ala mini ada yang menciptakan.
Teori pertama nampaknya sudah sangat tidak relevan. Ia dapat ditolak dengan teori sebab akibat (Causality theory). Menurut teori kausalitas, adanya sesuatu itu disebabkan dengan adanya sesuatu yang lain. Dengan demikian, menurut teori kausalitas alam semesta ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui proses penciptaan, yang karenanya tentu ada yang menciptakan.
Terhadap teori kedua yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel, Sayyid Sabiq (1974 : 63) melihatnya sebagai teori yang lebih sesat daripada teori pertama. Menurutnya sel tidak akan mampu menyusun dan memperindah sesuatu seperti yang terjadi pada struktur alam semesta, umpamanya aspek gender dan tata surya.
Adapun teori ketiga yang menyatakan bahwa alam semesta ada karena ada yang menciptakan adalah teori yang bersesuaian dengan pemikiran akal yang sehat. Oleh karena itu secara Aql maupun Naql dapat diterima. Masalah yang kemudian muncul dari teori yang ketiga ini ialah. Siapakah yang menciptakan alam semesta ini ?. Menurut doktrin Islam yang hal ini menjadi akidah dan keyakinan umat Islam, pencipta alam semesta ini adalah Tuhan. Jawaban itu membawa pada kesimpulan dan pengertian bahwa Tuhan itu ada.

D. Sikap Yang Mencerminkan Keimanan Kepada Allah
Dari makna iman kepada Allah, bahwa Iman kepada Allah tidak hanya sekedar percaya akan keberadaan Allah sebagai Tuhan, tetapi harus diimplementasikan dalam amal perbuatan berupa ibadah, maka implementasi dari iman kepada Allah itu termasuk kedalam sifat yang mencerminkan bahwa kita telah beriman kepada Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu amal perbuatan ibadah yang kita lakukan ini harus berdasarkan sumber dasar hukum yaitu Al-Qur'an dan Assunah.
Iman kepada Allah adlah doktrin yang pertama dan utama dalam Islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, yang nantinya berimplikasi pada doktrin keimnanan yang lainnya seperti Iman kepda malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul Allah,hari kiamat dan iman kepada qadha dan qadar yang mana semua itu tertuang dalam rukun iman
Sikap yang mencerminkan bahwa kita beriman kepada Allah juga bisa diartikan dalam bentuk ketakwaan kita kepada Allah. Taqwa dalam arti melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya


BAB III
KESIMPULAN

Iman kepada Allah adalah percaya dan yakin atas keberadaan Allah sebagai Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya, dan mengimplementasikannya dengan amal perbuatan sehari-hari. Atau dengan kata lain Percaya kepada Allah yang diyakini dengan hati dan diucapkan dengan lisan(Syahadatain) serta diimplementasikan dengan amal perbuatan sebagai cerminan bahwa seseorang telah beriman kepada Allah.
Iman kepada Allah merupakan doktrin utama dalam Islam yang nanti pada akhirnya berimplikasi pada doktrin-doktrin keimanan dalam Islam lainnya seperti yang tertuang dalam rukun iman.
Alasan (logika)sederhana tentang keberadaan Allah yaitu dengan terciptanya alam semesta beserta isinya, dimana alam ini bergerak secara teratur. Dan menggerakan alam ini tiada lain melainkan Allah.
Manusia wajib beriman kepada Allah akan tetapi manusia tidak wajib memikirkan tentang bentuk (dzat) Allah. Manusia hanya dapat memikirkan tentang kekuasaan Allah berupa ciptaan-Nya. Karena ilmu manusia tidaakkn sanggup untuk memikirkan dzat Allah.
Sikap penghayatan bahwa kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yaitu dalam bentuk ketakwaan kita kepada Allah. Ibadah yang kita lakukan sehari-hari dengan ikhlas juga termasuk kedalam sikap mencerminkan bahwa kita beriman kepada Allah. Adapun bentuk ibadah-ibadah tersebut yaitu diantaranya yang tertuang dalam rukun Islam.

DAFTAR PUSTAKA

 Nata, Abuddin. Akidah akhlak-I ; Modul 1-12 program penyetaraan guru PAI SMP. Jakarta : Departemen Agama Pusat. 1996
 Abdul Hakim, Atang dan Mubarok, Jaih. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007
 Sabiq, Sayd. Akidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. BAndung : Dar Al-Kitab Al-Haditsah.
 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang :Tanjung Mas Inti, 1992.
 Shaleh, Komarudin dkk. Asbabunnuzul .BAndung : CV. Diponegoro. 1984

Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs ( Iman Kepada Rasul )

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai disiplin ilmu keislaman yang berdiri sendiri, Akidah Islamiyah memiliki pengertian, dasar, dan tujuan yang membedakan dengan disiplin ilmu keislaman lainnya.
Sebagai calon guru PAI, tentunya kita harus memahami dan mengerti secara tepat pengertian, dasar dan tujuan mempelajari Ilmu Aqidah. Hal ini selain berguna untuk menambah bekal dan wawasan kita sebagai calon guru, juga insyaallah akan memperkuat keimanan kita terhadap Allah SWT sehingga setiap gerak dan perilaku kita mencerminkan
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini lebih terarah, kami coba rumuskan beberapa pokok bahasan yang akan kami bahas dalam makalah ini.
Makalah ini secara garis besar terdiri dari tiga pokok bahasan dan masing-masing bahasan akan kami sajikan dalam satu makalah dan dipresentasikan selama tiga kali tatap muka. Adapun tiga pokok bahasan yang akan kami sajikan diantaranya ialah :
1. Iman Kepada Allah,
2. Iman Kepada Rasulullah,
3. Iman kepada hari Akhir
Ketiga pokok bahasan tersebut kami pilih sesuai dengan kesepakatan diskusi kelas dan berdasarkan pertimbangan serta anjuran dari dosen pengampu mata kuliah "Pendidikan Agama Islam Luar Sekolah"
BAB II
IMAN KEPADA ALLAH

A. Pengertian Iman Kepada Allah
Iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab, amana – yu'minu – imanan yang artinya percaya. Kata iman selanjutnya menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadanita mengartikan iman sebagai berikut : 1. Keimanan (yang berkaitan dengan agama) ; yakin percaya kepada Allah. 2. Ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin.
Adapun iman dari segi istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Yusuf Al-Qadrawi misalnya mengatakan, bahwa iman adalah kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi iman bukanlah hanya sekedar ucapan lidah, bukan hanya perbuatan dan bukan pula hanya merupakan pengetahuan tentang rukun iman dan hal-hal lain yang perlu diimani seperti kehidupan diakhirat, alam ghaib dan sebagainya.
Pengertian tersebut sejalan pula dengan sabda nabi,
اَلإِيْمَانُ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَ قَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَ عَمَلُ بِلأَرْكَانِ
Artinya : Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan (H.R Al-Thabrani)
Dalam ungkapan lain yang hampir bersamaan dengan bunyi hadits tersebut, iman dikatan sebagai berikut :
قَوْلٌ بِاللِّسَانِ وَ تَصْدِيْقٌ بِالْقَلْبِ وَ عَمَلٌ بِالأرْكَانِ
Artinya : Mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengerjakan dengan segenap anggota badan.
Sementara itu Sayid Sabiq dalam bukunya Akidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman mengatakan, bahwamenurutnya pengertian iman dan aqidah itu tersusun dari enam perkara, yaitu ma'rifat kepada Allah, ma'rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta, ma'rifat dengan kitab-kitab Allah, ma'rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul, ma'rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disaat itu, dan ma'rifat kepada takdir (kada dan kadar)
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat diketahui bahwa iman menurut istilah terdiri dari tiga unsur yakni unsur keyakinan atau kepercayaan dalam hati, unsur ucapan yang mengakui terhadap segenap yang harus diimani menurut Allah dan Rasul-Nya, dan melaksanakan segala yang dipercayainya itu dengan mengerahkan segenap anggota badan.
Ketiga unsur iman tersebut harus bersatu padu, dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Karena pemisahan terhadap unsur-unsur iman akan berakibat timbulnya paham yang keliru. Seperti halnya orang yang mengucapkan iman dengan lisannya dan mengamalkan dengan segenap perbuatan anggota badan, tetapi tidak disertai dengan pengakuan didalam hati, tidaklah disebut beriman. Orang yang demikian dalam Al-Qur'an disebut orang munafik. Firman Allah swt.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُوْلُ امَنَّا بِاللهِ وَ بِلْيَوْمِلأخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَ [8] يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَ الَّذِيْنَ امَنُوا وَمَايَخْدَعُوْنَ اِلاَّ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَ [9]
Artinya : Dan diantara manusia itu ada yang mengatakan : "kami beriman kepada Allah dan hari akhir", sedang yang sebenarnya (dalam hati)mereka tidaklah termasuk orang-orang mukmin. Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang sebenarnya mereka menipu dirinya sendiri dan mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah, 2: 8-9)
Adapun makna iman kepada Allah juga tidak hanya sekedar percaya dan pengakuan akan adanya Allah, akan tetapi mencakup dimensi yang lebih luas yaitu pengucapan dan perbuatan. Atau dengan kata lain Percaya kepada Allah yang diyakini dengan hati dan diucapkan dengan lisan(Syahadatain) serta diimplementasikan dengan amal perbuatan sebagai cerminan bahwa seseorang telah beriman kepada Allah. Mungkin pernyataan tersebut lebih tepat untuk makna iman kepada Allah.
Imam Abnu Hibban dan Al-Hakim meriwayatkan dari Said Al-Khudri dari Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda :
قَالَ مُوْسَى : يَا رَبِّى عَلِمْنِى شَيْئًا اَذْكُرُكَ وَاَدْعُوْكَ بِهِز قَالَ: قُلْ يَامُوْسَى: "لآاِله اِلاَّ الله" قَالَ: يَا رَبِّ، كُلَّ عِبَادِكَ يَقُوْلُوْنَ هذَا، قَالَ: يَامُوْسَى: لَوْ اَنَّ السَّمَواتِ السَّبْعَ وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِيْ وَالأرْضِيْنَ السَّبْعَ فِى كِفَّةٍ وَلآإله الاّ اللهَ فِى كِفَّةٍ قَالَتْ بِهِنَّ لآإله الاّ اللهُ
Musa berkata : "Wahai Tuhanku ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat kupergunakan untuk memuji dan menyebut-Mu". Allah menjawab :"Wahai Musa, ucapkanlah Laaillaha illallah" ! Musa berkata :" WAhai Tuhanku semua hamba-Mu telah mengucapkannya". Allah menjawab :"Tidak apa-apa sekiranya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta isinya, selain Aku, diletakan pada satu sisi timbangan dan pada sisi timbangan lainnya diletakan kalimat Laailaha illallah, niscaya timbangan yang berisi kalimat lailahaillah akan lebih berat dibanding si8sitimbangan yang satunya lagi" (Muhammad Thahir Badri, 1984 :110)
Kalimat laaillaha illallahu adalah suatu pernyataan tentang keberadaan Allah Yang Maha Esa; Tiada Tuhan selain Dia. Merupakan bagian dari kalimat syahadatain yang harus diucapkan oleh seseorang yang akan masuk dan memeluk agama Islam. Bentuk pernyataan pengakuan terhadap Allah berimplikasi pada pengakuan-pengakuan lainnya yang berhubungan dengan-Nya, seperti Dzat Allah, sifat-sifat Allah, kehendak Allah, Perbuatan Allah, para nabi dan Rasul Allah, hari kiamat, serta surga dan neraka. Hal tersebut merupakan reaksi dari Tauhid (Keesaan Allah) yang menjadi inti ajaran Islam. Oleh karena itu pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan Tuhan-tuhan lainnya yang di percayai oleh para pengaut agama-agama selain Islam.
B. Kemustahilan Menemukan Dzat Allah
Allah Maha Esa baik dalam Dzat, sifat maupun perbuatan-Nya. Esa dalam dzat artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan Dia tidak mempunyai sekutu. Esa dalam sifat berarti tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat seperti sifat yang dimiliki Allah. Dan Esa dalam perbuatan ialah tak ada seorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan Allah.
Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya, telah membekali manusia dengan akal dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupan. Akal pikiran tersebut merupakan cirri keistimewaan manusia sekaligus faktor pembeda manusia dengan mahluk lainnya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia melalui akal pikirannya; sebaliknya manusia pun dapat terjerumus dalam kehidupan yang hina melalui akalnya. Akal sekalipun telah dipergunakan dengan sungguh-sungguh, keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya ada sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal. Salah satu persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal adalah masalah dzat Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an
لاَ تُدْرِكْهُ الأَبْصَرُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارُوَهُوَ لَطِيْفُ الْخَبِيْرُ
Artinya : Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, seedangkan Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui (QS. Al-An'am : 103)
Allah menunjukan kesempurnaan-Nya melalui sifat-sifat-Nya. Secara harfiah sifat adalah sewsuatu yang melekat pada dzat, seperti sifat hitam tang melekat pada kopi, atau sifat putih yang melekat pada kapur. Beriman kepada Allah dapat dilakukan antara lain dengan pemahaman terhadap sifat-sifat-Nya. Para ahli ilmu Tauhid dari kalangan As'ariyah dan Maturidiyah membagi sifat Allah dari segi kelayakannya kepada tiga bagian, yakni : sifat yang wajib, mustahil dan jaiz.
Dalam pada itu sifat-sifat yang wajib bagi Allah yaitu sifat-sifat yang harus ada pada Allah yang menunjukan kesempurnaan-Nya. Melalui sifat-sifat-Nya inilah Allah memperkenalkan diri-Nya kepada mahluk, dan bukan melalui dzat-Nya, sebab Allah tidak dapat dibayangkan bentuk, rupa dan cirri-ciri-Nya. Nabi bersabda.
تَفَكَّرُوْا فِى خَلْقِ اللهِ وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِى ذَاتِ اللهِ
Artinya : "Berfikirlah kamu sekalian pada ciptaan Allah, dan janganlah berfikir tentang dzat Allah (H. R. Bukhari)
Demikian pula sifat-sifat-Nya tidak dapat disamakan dengan sifat-sifat yang ada pada mahluk-Nya. Tuhan misalnya mempunyai sifat Rahman (Maha Pengasih) dan Rahim (Maha Penyayang). Manusia juga mempunyai sifat-sifat yang demikian itu. Namun sifat-sifat manusia yang demikian itu terbatas dan tidak mutlak.
Sifat-sifat yang wajib bagi Allah itu ada 20 sifat yang dilihat dari segi fungsi dan kedudukannya dapat dikelompokan menjadi 4 bagian, yaitu :
NO SIFAT JUMLAH KETERANGAN
1 Nafsiah 1 Wujud
2 Salbiah 5 Qidam,Baqa, Mukhalafatu lil hawaditsi , Qiyamuhu binafsisi, Wahdaniyah
3 Ma'ani 7 Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, Kalam
4 Ma'nawiyah 7 Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami'an, Bashiran, Mutakalliman
1. Sifat Nafsiah, ialah sifat yang tidak lain dari diriatau dzat Tuhan sendiri. Yang termasuk kedalam sifat ini hanya satu, yaitu Sifat Wujud yang artinya Ada. Wujud Allah itu tidak lain dari dzat-Nya atau diri-Nya . Dia ada selamanya, tidak didahului oleh ketiadaan, atau diakhiri oleh ketiadaan. Ia ada sejak azali dan akan terus ada. Ia ada bukan karena ada yang menciptakan-Nya.
2. Sifat Salbiah, ialah sifat yang meniadakan sifat lainnya, yaitu jika sifat itu ada maka dengan sendirinya sifat yang sebagai lawannya tidak ada.
3. Sifat Ma'ani artinya makna-makna. Maksudnya Allah memiliki sifat-sifat berupa makna-makna yang lain dari makna zat-Nya.
4. Sifat Ma'nawiyah berarti sesuatu yang bersifat makna. Adanya sifat maknawiyah inilah merupakan konsekuensi logis dari adanya sifat ma'ani.
Mustahil berasal dari bahasa arabyaitu Istahala,yastahilu,istihalan yang artinya menurut akal tidak dapat diterima adanya. Adapun yang dimaksud dengan sifat-sifat mustahil bagi Allah adalah sifat sifat yang menurut akal tidak mungkin ada pada Tuhan.
Sifat-sfat yang mustahil ini jumlahnya ada 20, sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah. Karena sifat yang mustahil ini pada hakekatnya adlah merupakan dari lawan sifat-sifat yang wajib bagi Allah. Dibawah ini adalah sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah.
1) Wujud : Maha Ada >< Adam : Tidak ada 2) Qidam : Terdahulu >< Huduts : Baru 3) Baqa : Kekal >< Fana : Rusak 4) Mukhalafatulilhawaditsi : tidak menyerupai sesuatu yang baru >< Mumatsalatulihawaditsi : menyerupai sesuatu yang baru 5) Qiyamuhu Binafsihi : Tidak membutuhkan apa pun >< Ihtiyaju Lighairihi : Butuh kepada selain dari-Nya 6) Wahdaniyah : Maha Esa >< Ta'addud : Terbilang atau lebih dari satu 7) Qudrat : Maha Kuasa >< 'Ajz : Lemah 8) Iradat : Maha berkehendak >< Karahah : terpaksa 9) Ilmu : Maha mengetahui >< Jahl : Bodoh 10) Hayat : Maha Hidup >< Maut : Mati 11) Sama' : Maha Mendengar >< Shamam : Tuli 12) Bashar : Maha melihat >< Umyun : Buta 13) Kalam : Maha berbicara >< Bukmun : Bisu 14) Qadiran : Yang Maha Kuasa >< 'Ajizan : Yang lemah 15) Muridan : Yang Maha berkehendak >< Mukrohan : terpaksa 16) Aliman : Yang Maha Mengetahui >< Jahilan : Yang bodoh 17) Hayyan : Yang Maha HIdup >< Mayyitan : yang mati 18) Sami'an : Yang Maha Mendengar >< ashammu : yang tuli 19) Bashiran : Yang Maha melihat >< A'ma : yang buta 20) Mutakaliman : Yang Maha Berbicara >< abkam >< : yang bisu
Kata jaiz berasal dari bahasa arab yang artinya boleh. Sedangkan yang dimaksud jaiz dalam pembahasan ini adalah adalah sifat yang menurut pandangan akal boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah SWT. Dengan demikian sifat jaiz menunjukan pada sesuatu pada Allah yang boleh melakukannya atau tidak melakukannya, atau boleh bersifat demikian dan boleh pula tidak bersifat demikian.
Dengan demikian semua perbuatan Allah bukan merupakan kewajiban. Jika demikian itu merupakan kewajiban, berarti adakekuasaan lain yang lebih tinggi dari Tuhan. Dan terdapat kesan seolah-olah tidak bebas melakukan kehendak-Nya. Sifat yang jaiz bagi Allah hanya satu yaitu membuat atau tidak membuat segala sesuatu yang mungkin terjadi (Fi'lu kulli mukminin au tarkuhu)
Namun demikian kebebasan Allah dalam menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, bukan berarti Allah boleh melakukan yang sia-sia atau yang tidak ada manfaatnya. Semua yang dicptakan tuhan selalu mengandung manfaat bagi manusia. Allah berfirman
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هذَا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya : Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka (Q.S Al-Al Imran, 3: 191)
Namun demikian, apa saja yang akan dicptakan Tuhan, dan apa saja manfaat yang ditentukan-Nya juga bergantung pada kehendak Tuhan sendiri. Firman Allah swt
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ
Artinya : Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih (QS. Al-Qashash : 28-29)
C. Argumen Keberadaan Allah
Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan Tuhan. Pertama, Paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini ada dari tidak ada (creation ex nihilo) terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel ( jauhar) yang merupakan inti. Ketiga, Paham yang mengatakan bahwa ala mini ada yang menciptakan.
Teori pertama nampaknya sudah sangat tidak relevan. Ia dapat ditolak dengan teori sebab akibat (Causality theory). Menurut teori kausalitas, adanya sesuatu itu disebabkan dengan adanya sesuatu yang lain. Dengan demikian, menurut teori kausalitas alam semesta ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui proses penciptaan, yang karenanya tentu ada yang menciptakan.
Terhadap teori kedua yang mengatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel, Sayyid Sabiq (1974 : 63) melihatnya sebagai teori yang lebih sesat daripada teori pertama. Menurutnya sel tidak akan mampu menyusun dan memperindah sesuatu seperti yang terjadi pada struktur alam semesta, umpamanya aspek gender dan tata surya.
Adapun teori ketiga yang menyatakan bahwa alam semesta ada karena ada yang menciptakan adalah teori yang bersesuaian dengan pemikiran akal yang sehat. Oleh karena itu secara Aql maupun Naql dapat diterima. Masalah yang kemudian muncul dari teori yang ketiga ini ialah. Siapakah yang menciptakan alam semesta ini ?. Menurut doktrin Islam yang hal ini menjadi akidah dan keyakinan umat Islam, pencipta alam semesta ini adalah Tuhan. Jawaban itu membawa pada kesimpulan dan pengertian bahwa Tuhan itu ada.

D. Sikap Yang Mencerminkan Keimanan Kepada Allah
Dari makna iman kepada Allah, bahwa Iman kepada Allah tidak hanya sekedar percaya akan keberadaan Allah sebagai Tuhan, tetapi harus diimplementasikan dalam amal perbuatan berupa ibadah, maka implementasi dari iman kepada Allah itu termasuk kedalam sifat yang mencerminkan bahwa kita telah beriman kepada Allah. Oleh karena itu, segala sesuatu amal perbuatan ibadah yang kita lakukan ini harus berdasarkan sumber dasar hukum yaitu Al-Qur'an dan Assunah.
Iman kepada Allah adlah doktrin yang pertama dan utama dalam Islam yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, yang nantinya berimplikasi pada doktrin keimnanan yang lainnya seperti Iman kepda malaikat-malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul Allah,hari kiamat dan iman kepada qadha dan qadar yang mana semua itu tertuang dalam rukun iman
Sikap yang mencerminkan bahwa kita beriman kepada Allah juga bisa diartikan dalam bentuk ketakwaan kita kepada Allah. Taqwa dalam arti melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya


BAB III
KESIMPULAN

Iman kepada Allah adalah percaya dan yakin atas keberadaan Allah sebagai Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya, dan mengimplementasikannya dengan amal perbuatan sehari-hari. Atau dengan kata lain Percaya kepada Allah yang diyakini dengan hati dan diucapkan dengan lisan(Syahadatain) serta diimplementasikan dengan amal perbuatan sebagai cerminan bahwa seseorang telah beriman kepada Allah.
Iman kepada Allah merupakan doktrin utama dalam Islam yang nanti pada akhirnya berimplikasi pada doktrin-doktrin keimanan dalam Islam lainnya seperti yang tertuang dalam rukun iman.
Alasan (logika)sederhana tentang keberadaan Allah yaitu dengan terciptanya alam semesta beserta isinya, dimana alam ini bergerak secara teratur. Dan menggerakan alam ini tiada lain melainkan Allah.
Manusia wajib beriman kepada Allah akan tetapi manusia tidak wajib memikirkan tentang bentuk (dzat) Allah. Manusia hanya dapat memikirkan tentang kekuasaan Allah berupa ciptaan-Nya. Karena ilmu manusia tidaakkn sanggup untuk memikirkan dzat Allah.
Sikap penghayatan bahwa kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yaitu dalam bentuk ketakwaan kita kepada Allah. Ibadah yang kita lakukan sehari-hari dengan ikhlas juga termasuk kedalam sikap mencerminkan bahwa kita beriman kepada Allah. Adapun bentuk ibadah-ibadah tersebut yaitu diantaranya yang tertuang dalam rukun Islam.

DAFTAR PUSTAKA

 Nata, Abuddin. Akidah akhlak-I ; Modul 1-12 program penyetaraan guru PAI SMP. Jakarta : Departemen Agama Pusat. 1996
 Abdul Hakim, Atang dan Mubarok, Jaih. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007
 Sabiq, Sayd. Akidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. BAndung : Dar Al-Kitab Al-Haditsah.
 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang :Tanjung Mas Inti, 1992.
 Shaleh, Komarudin dkk. Asbabunnuzul .BAndung : CV. Diponegoro. 1984

Materi Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs (Iman Kepada Rasul)

BAB I

PENDAHULUAN


Orang yang mengaku beriman kepada Allah maka harus pula mempercayai rasul-rasul Allah dalam arti tidak hanya mengakui keberadaan mereka, tetapi juga mematuhi segala ajaran yang mereka sampaikan. Selain itu percaya kepada Rasulullah juga harus disertai dengan mencontoh kehidupan mereka sebagaimana Rasulullah menegaskan bahwa keberadaannya di muka bumi adalah untuk menyempurnakan ahlak yang mulia. Tingkah laku dan tutur kata rasulullah mengandung ajaran yang sangat berhargadalam setiap masalah kehidupan manusia, dari kehidupan yang sangat sederhana sebagai seorang penggembala kambing sampai kehidupannya sebagai pemimpin umat dan seorang negarawan.

Tingkah laku dan tutur kata Rasulullah yang demikian baik itu telah direkam secara utuh oleh para peneliti hadits dari zaman dahulu hingga sekarang, dan kemudian ditetapkan sebagai salah satu sumber ajaran Islam.

Ajaran Rasulullah tersebut dipegang teguh oleh umat Islam dan terus menerus diajarkan oleh suatu generasi kegenerasi lain melalui kegiatan ceramah, pengajian, sampai dengan pengajaran dimulai dari tingkat yang paling rendah dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Namun seiring berkembangnya zaman maka berkembang pulalah cara berfikir manusia dan terkadang perkembangan tersebut adakalanya menuju kepada kesesatan sehingga akhir-akhir ini muncul nabi-nabi palsu dan sebagainya. Hal itu disebabkan karena lemahnya keimanan mereka dan sudah menjadi kewajiban kita semua untuk meluruskan kembali keimanan saudara-saudara kita yang seiman sehingga kembali kepada jalan yang diridhoi Allah SWT.


BAB II
IMAN KEPADA PARA RASUL ALLAH


A. Pengertian Iman Kepada Rasul Allah
Menurut bahasa nabi berarti juru berita, sedeangkan menurut syara' nabi adalah insan uhiaya ilaihi bisyar'in wala yu'maru bitablighihi artinya "manusia yang diwahyukan syariat kepadanya dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan (kepada umat manusia). Adapun Rasul menurut bahasa artinya utusan atau yang diutus, sedangkan menurut syara' Rasul adalah insane uhia ilaihi bisyar'in wayu'maru bitablighihi Yaitu manusia yang diwahyukan syari'at kepadanya dan diperintahkan untuk menyampaikannya (kepada umat manusia).
Nabi dan Rasul adalah manusia dari kelompok laki-laki. Mengapa laki-laki yang dijadikan Rasul ? Itu semua merupakan hak proregatif Allah. Allah berfirman,
وَمَا اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلاّ رِجَالاً نُّوْحِيْ اِلَيْهِمْ مِنْ اَهْلِ الْقُرى
Artinya : Kami tidak mengutus sebelum kamu melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri (QS. Yusuf, 12: 109)
Diutusnya para nabi dan Rasul merupakan salah satu rahmat atau kasih sayang Tuhan kepada manusia yang disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Itulah sebabnya tidak heran jika ada sebagian aliran teologi seperti mu'tazilah berpendapat bahwa Allah itu wajib mengirim utusan, sebagai manifestasi kasih saying-Nya kepada umat manusia. Allah berfirman
وَمَا اَرْسَلْنَاكَ اِلاََّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ
Artinya : Tidak lah Kami utus engkau (Muhammad) kecuali membawa rahmat bagi seluruh umat manusia (QS. AL-Anbiya; 21 : 107)
Rahmat yang dibawa oleh para nabi dan Rasul itu merupakan ajaran yang bernilai luhur, dan baru tersa apabila diamalkan oleh manusia sebagai pengikutnya. Ajaran tersebut terkadang dalam bentuk peringatan dan terkadang dalam bentuk kabar gembira. Firman Allah SWT.
يَااَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّا اَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَّمُبضشِّرًا وَّنَذِيْرًا
Artinya : Hai Nabi, sesungguhnya Aku mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan (QS. Al-Ahzab 33:45)
رُسُلاً مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلاَّ يَكُوْنَ لِّلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
Artinya : (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan-alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. An-Nisa, 4 : 165)
Dalam sejarah tercatat bahwa kehadiran nabi dan Rasul biasanya dalam suasana masyarakat yang sudah jauh menyimpang dari kebenaran , berbuat dzalim, maksiat dan kemungkaran . Oleh karena itu masyarakat yang demikian seringkali tidak menerima keberadaan nabi dan Rasul itu bahkan mereka melawan dan memusuhinya bahkan berusaha membunuhnya.
ذَالِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاَيَاتِ اللهِ وَيَقْتُلُوْنَ الأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَالِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُ يَعْتَدُوْنَ
Artinya : Yang demikian itu (ditimpakan kehinaan) karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar . yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Ali Imran, 3: 112)
Dengan demikian tugas kenabian dan kerasulan adalah tugas yang sangat berat dan penuh resiko. Diantara nabi-nabi yang terkenal sangat tabah dan sangat kuat kemauan mereka dikenal dengan istilah Ulul azmi yaitu : Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad SAW.Kata Al-Azm berarti tabah dan taguh sehingga ulul azmi ialah nabi-nabi dan Rasul yang mempunyai keteguhan dan kesabaran yang luar biasa. Allah swt berfirman
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ اُوُْلُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُسُلِ
Artinya : Oleh karena itu Bersabarlah engkau, hai Muhammad sebagaimana Rasul-rasul ulul azmi (Al-Ahqof :35)
Sebagian ulama mengatakan bahwa ulul azmi adalah semua Rasul. Imam Mujahid berkata Rasul ulul Azmi ada lima Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Nabi Muhammad saw. Nama-nama mereka telah ditetapkan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahhzab ayat 7 yang berbunyi
وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّنَ مِيْثَاقُهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوْحٍ وَاِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى وَعِيْسَى ابْن مَرْيَمَ وَاَخَذْنَا مِنْهُم مِيْثَاقًا غَلِيْظًا
Artinya : Ingatlah hai Muhammad, perjanjian yang diambil bagi para nabi : dari kamu, dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isaanak Maryam. Aku telah mengambil perjanjian yang kuat dari mereka. (QS. Al-Ahzab :7)
Kelima orang nabi tersebut bertanya tentang tugas apa yang mereka kerjakan. Sudah menjadi adapt dan kebiasaan manusia jika seorang raja mengutus seorang utusan untuk melaksanakan suatu tugas, dan utusannya tersebut menerimanya, maka saat itulah terjadi perjanjian (kontrak). Kalau utusan itu menanyakan tentang apa yang akan mereka katakan, hal itu berarti mengokohkan janji sehingga menjadi janji yang kuat atau bahasa arabnya mitsaq ghalidz. Dengan demikian Risalah kenabian itu menjadi pasti tidak berkurang dan bertambah.
Tugas kenabian setelah Rasulullah saw wafat dilanjutkan oleh para ulama. Nabi bersabda :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأنْبِيَاءِ
Artinya : Ulama itu adalah pewaris para nabi (H.R Tabrani)
Adapun yang dimaksud beriman kepada Rasul adalah bahwa kita meyakini seyakin-yakinnya bahwa Rasul itu benar-benar utusan Tuhan, diikuti dengan mengikuti segala yang diperintahkannya dan menjauhi segala larangannya dengan tulus dan ikhlas.
Selain itu beriman kepada Rasul juga harus disertai dengan pengetahuan tentang siapa rasul itu, apa tugas-tugasnya, bagaimana sifat-sifatnya baik yang wajib, jaiz, dan mustahil baginya. Dengan pengetahuan yang demikian itu keimanan yang dumilikinya akan bertambah kuat dan mantapsehingga tidak mudah digoyahkan. Beriman kepada rasul selanjutnya menjadi salah satu dari rukun iman yang enam. Hal ini didasarkan pada firman Allahswt.
يَااَيُّهَا الّذِيْنَ امَنُوْا بِاللهِ وَالرَّوْلِهِ وَالْكِتَابِ اَلّذِيْ نَزَّلَ عَلَى رَسُوْلِهِ وَالكِتَابِ الّذِيْ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman tetap lah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Alah turunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelum-Nya. (QS. Annisa, 4 :136)
وَلَقَدء بَعَثْنَا فِى كُلِّ اُمَةٍ رَسُوْلاً اَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَ اجْتَنِبُوْا الطَّاغُوْتَ
Artinya : Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"sembahlah Allah(saja)dan jauhilah Thaghut. (QS. Al-Nahl 16:36)
يَااَيُّهَا الّذِيْنَ اَمَنُوْا اَطِيْعُ اللهَ وَاَطِيْعُوا الرسُوْل وَاُوْلىِ الأمْرِ مِنْكُمْ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul-Nya dan ulil amri (pemimpin) diantara kamu. (QS. Annisa 4:59)
Beriman kepada rasul juga harus diikuti dengan meneladani akhlaknya mulianya dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan cara demikian keimanan kepada rasul itu benar-benar fungsional. Hal ini ditambah dengan kenyataan yang objektif, bahwa pada diri rasul itu terdapat contoh teladan yang baik. Keberhasilan rasul dalam perjuangannya sebagaimana diakui sejarah akan dapat pula dicapai oleh umatnya yang berjuang dalam bidang kehidupan. Jika mengikuti teladan Rasulullah. Firman Allah SWT.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوْا اللهَ وَ الْيَوْمَ الأخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut nama Allah. (QS. Al-Ahzab.33:21)
B. Jumlah Nabi dan Rasul
Kedatangan rasul ditengah-tengah kedatangan manusia sebagaimana telah disebutkan diatas adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat tersebut terasa jika manusia mengamalkan ajaran yang dibawanya. Karena jumlah manusia banyak dan juga usia para rasul juga terbatas, maka kedatangan rasul tersebut berganti-ganti. Dengan demikian jumlah nabi dan rasul tersebut cukup banyak. Para rasul sebelum nabi Muhammad dikhususkan untuk kaum tertentu saja. Sedangkan nabi Muhammad adalah rasul untuk seluruh kaum. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an sebagai berikut :
وَلِكُلِّ اُمَةٍ رَسُوْلٌ
Artinya : Dan tiap-tiap umat mempunyai Rasul. (QS. Yunus, 10 :47)
Adapun kerasulan nabi Muhammad untuk seluruh umat, sebagaimana dinyatakan dalam Qur'an surat Al-Ahzab ayat 45 diatas.
Tugas para rasul itu yang paling utama dalah menegakan ajaran Allah dimuka bumi agar tercipta kedamaian dan mengajak manusia agar tidak terpecah belah atau berpaling dari ajaran yang dibawanya. Allah berfirman .
شَرَعَ لَكُم مِنَ الديْنِ مَا وَصَّى بِهِ نُوْحًا وَ الَّذِيْ اَوْ حَيْنَا اِلَيْكَ وَمَا وَصَّنَا بِهِ اِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى وَ عِيْسى اَنْ اَقِيْمُوْا الدِّيْنَ وَلا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِ
Artinya : Dan telah mensyari'atkan kepada kamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah diwahyukan kepada mud an apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu : "Tegakanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya". (QS. As-Syu'ara 42:13)
Selanjutnya tidak ada informasi tentang berapa jumlah nabi dan rasul yang sesungguhnya. Sebagian mengatakan bahwa jumlah nabi lebih banyak dibanding para rasul . Diantaranya ada yang mengatakan bahwa jumlah nabi sebanyak 124.000, sedangkan rasul berjumlah 313 orang. Namun angka-angka tersebut tidak dapat dijadikan pegangan karena tidak didukung oleh data yang kuat. Yang jadi pegangan bagi kita bahwa jumlah nabi dan rasul itu lebih banyak dari jumlah yang disebutkan dalam alqur'an. Hal ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
Artinya : Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu . Diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (QS. Al-Mu'minun, 40 :78)
Dari jumlah nabi dan Rasul yang demikian banyak itu yang dapat diketahui berdasarkan informasi Al-Qur'an adalah sebanyak 25 orang, Yaitu : Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Luth, Isma'il, Ishak, Ya'kub, Yusuf,Ayub, Syu'aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Nabi Muhammad saw.
C. Perbedaan Nabi dan Rasul
Rasul menurut Istialah adalah laki-laki merdeka pilihan yang diberitahu oleh Allah tentang agama dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang yang belum mengetahuinya atau orang yang menyalahinya. Adapun nabi menurut istilah adalah Laki-laki ilihan yang merdeka yang diberitahu oleh Allah tentang syare'at yang lalu yang diajarkan oleh para pemiliknya yang ada disekitarnya.
Rasul dan nabi disebut pilihan artinya keturunan atau nasab mereka dipih dari kalangan orang-orang yang paling sempurna akalnya, paling suci jiwanya, dan paling mulia akhlaknya. Karena mereka harus sanggup melaksanakan tugas-tugas besar yang menuntut sikap-sikap itu. Tugas-tugas itu seperti menerima wahyu, menerakannya, menyampaikannya dan membimbing umat untuk mengikutinya.
Dari pengertian diatas kita dapat menimpulkan bahwa aspek perbedaan antara nabi dan rasul yaitu sebagai berikut :
a. Kenabian merupakan syarat kerasulan. Seseorang tidak menjadi Rasul kalau bukan seorang nabi. Jadi istilah rasul lebih khusus daripada istilah nabi. Setiap rasul adalah nabi tetapi tidak setiap nabi adalah rasul.
b. Rasul membawa risalah kepada orang-orang yang belum tahu tentang agama dan undang-undang Allah. Sedangkan nabi diutus untuk berdakwah kepada agama nabi sebelumnya.
D. Macam-macam Sifat Rasul
Sifat artinya ciri, identitas atau tanda yang melekat pada segala sesuatu yang disifati , baik benda bernyawa ataupun tidak bernyawa. Sifat berfungsi sebagai pembeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Sifat-sifat Rasulullah maksudnya adalah sifat-sifat yang ada pada rasul sebagai pembeda dengan yang bukan rasul. Sifat ini selanjutnya ditunjukan oleh rasulullah dalam ucapan dan perbuatannya dan berfungsi selain menjadi daya tarik dalam rangka mensukseskan dakwahnya juga agar dijadikan contoh bagi para pengikutnya.
Secara garis besar sifat-sifat yang wajib bagi para rasul itu ada empat yaitu shidiq, amanah , tabligh dan fathanah selengkapnya adalah sebagai berikut :
1. Shidiq
Menurut bahasa shidiq artinya benar, yakni apa yang diucapkan dan diperbuatnya merupakan keadaan yang sesungguhnya, bukan dibuat-buat. Rasul wajib memiliki sifat shidiq karena sifat ini menyebabkan apa yang diucapkan dan diperbuatnya tersebut dapat dipercaya dan diterima oelh umatnya. Keadaan rasul yang bersifat demikian itu dalam al-qur'an dijelaskan.
هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَانُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Artinya : Yang kamu lihat ini adalah sesuatu yang dijanjikan Tuhan yang Rahman dan benarlah rasul-rasul yang menyampaikan janji dan ancaman Tuhan itu. (QS. Yasin ayat 52)
2. Amanah
Amanah artinya terpercaya yaitu keadaan dimana seseorang dapat melaksanakan segala tugas yang diamanatkan sesuai dengan yang memberikan amanat tersebut tanpa mengurangi atau menambah sedikitpun. Sifat amanah ini wajib dimiliki oleh para rasul karena sangat mendukung keberhasilan tugas-tugasnya sebagai pembawa misi ajaran agama yang diberikan oleh Allah. Keadaan rasul yang demikian itu dinyatakan dalam firman Allah
اِذْ قَالَ لَهُمْ اَخُوْهُمْ نُوْحٌ اَلاَ تَتَّقُوْنَ اِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ اَمِيْنٌ
Artinya : Ketika saudara mereka, Nuh berkatakepada mereka : "Mengapa kamu tidak bertakwa ?" Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan yang diutus kepadamu ". (QS. Asy-Syua'ra 26 :106-107)
3. Tabligh
Tabligh berasal dari bahasa arab yang artinya menyampaikan, yakni menyampaikan sesuatu dari yang mengamanatkan kepada yang seharusnya menerima amanat. Tidak ada yang disembunyikan oleh para rasul tentang apa yang harus disampaikannya itu.
Sifat tabligh ini wajib dimiliki para rasul karena tugas dan peranan mereka yang terpenting adalah menyampaikan risalah yang diterimanya kepada umat manusia hal ini sejalan dengan firman Allah SWT.
فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَمَا اَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمِ حَفِيْظًا اِنْ عَلَيْكَ اِلَى بَلاَغُ
Artinya : Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan. (QS. As-Syu'ara 42 :48)
وَمَا عَلَيْنَا اِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِيْنُ
Artinya : Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas. (QS. Yasin 36:17)
4. Fathanah
Fathanah artinya cerdas, cerdik atau jenius. Dengan sifat ini Rasulullah dapat menerima pesan dari Allah secara baikdan menjabarkannya dengan kehidupan yang lebih bersifat operasional. Hal ini sebagaimana yang dilakukan nabu Muhammad terhadap pesan Al-Qur'an melalui haditsnya.
Seorang rasul wajib bersifat fathanah, mengingat peran dan tugasnya yang demikian berat menghendaki kemampuan berfikir konsepsional dan strategis dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya . dengan kemampuan berfikir yang tajam seorang rasul akan dapat membaca situasi yang berkembang disekitarnya kemudian menganalisa dan menyimpulkannya dengan cermat. Tanpa memiliki kemampuam seperti ini seorang rasul akan mudah terjebak pada penipuan orang lain.
Kemampuan berfikir yang jenial akan menyebabkan ia dapat mengemukakan argumentasi-argumentasinya yang dapat mematahkan fihak lawan. Alqur'an menegaskan
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا اتَيْنَاهُمَا اِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ
Artinya : Dan itulah hujjah yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya (QS.Al-An'am, 6 :83)
Dengan kejeniusan pula Para nabi dapat berkomunikasi dengan baik dengan kaumnya. Ia mampu memilih kata-kata yang dapat dipahami kaumnya. Allah berfirman
وَمَا اَرْسَلْنَا مِنْ رَسُوْلٍ اِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَلَهُمْ
Artinya : Tidaklah Kami utus seorang Rasul melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberikan keterangan yang jelas kepada mereka. (QS. Ibrahim 14 :14)
Berkenaan dengan sifat-sifat tersebut para ahli menyebutkan pula tentang sifat-sifat yang tidak sepantasnya ada pada para rasul sifat-sifat tersebut selanjutnya dikategorikan sebagai sifat mustahil bagi rasul, yaitu sifat kidzb (dusta), Khianat (curang), Kitman (menyembunyikan) dan baladah (bodoh)
E. Hikmah Iman Kepada Rasul
Salah seorang Mufti terkenal di Saudi Arabia Syekh Muhammad bin Salih Al-Usaimin dalam buku kecilnya Nuzbah fiil aqiidah atau prinsip-prinsip akidah, mengemukakan hikmah dan faidah iman kepada Rasul-rasul Allah seperti dibawah ini :
1. Rahmat dan Perhatian Allah
Dengan mengikuti ajaran-ajaran rasulullah umat manusia mengetahui akan kasih sayang dan perhatian Allah kepada mereka sangat besar. Allah mengutus rasul untuk memberi petunjuk mereka kepada jalan yang seharusnya ditempuh umat manusia kedalam hidupnya . Rasul menjelaskan bagaimana seharusnya mereka taat dan beribadah kepada Allah swt. Karena akal manusia tidak akan mampu sampai kepadaNya.
2. Syukur kepada Allah
Dengan memahami poin yang pertama tadi kita menyadari bahwa sebagaimanusia kita wajib bersyukur kepada Allah atas segala nikmatnya yang tidak terhitung banyak dan tidak terukur kwalitasnya.
3. Cinta dan Mengagungkan Rasul-rasul
Sebagai mana yang telah disebutkan bahwa peranan dan tugas-tugas rasul yaitu melaksanakan ibadah, mematuhi perintah Allah, menyampaikan perintah Allah dan memberikan nasiahat kepada umatnya. Dengan demikian ajaran rasul menuntut, agar umat manusia mencintai, menghormati dan mengagungkan rasul yang menjadi panutannya. Khusus tentang mencintai Rasul Allah berfirman
قُلْ اِنْكُنْتُمْ تُحِبذُوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
Artinya : Katakanlah Muhammad, jika kamu mencintai Allah ikutilah dan cintailah saya niscaya akan dicintai-Nya dan dosanya akan diampuni-Nya.
(QS. Al-Imran . 31)

BAB III
KESIMPULAN

Menurut bahasa nabi berarti juru berita, sedeangkan menurut syara' nabi adalah insane uhiaya ilaihi bisyar'in wala yu'maru bitablighihi artinya "manusia yang diwahyukan syariat kepadanya dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan (kepada umat manusia). Adapun Rasul menurut bahasa artinya utusan atau yang diutus, sedangkan menurut syara' Rasul adalah insane uhia ilaihi bisyar'in wayu'maru bitablighihi Yaitu manusia yang diwahyukan syari'at kepadanya dan diperintahkan untuk menyampaikannya (kepada umat manusia).
Rasul menurut Istialah adalah laki-laki merdeka pilihan yang diberitahu oleh Allah tentang agama dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang yang belum mengetahuinya atau orang yang menyalahinya. Adapun nabi menurut istilah adalah Laki-laki ilihan yang merdeka yang diberitahu oleh Allah tentang syare'at yang lalu yang diajarkan oleh para pemiliknya yang ada disekitarnya.
Sifat-sifat Rasulullah maksudnya adalah sifat-sifat yang ada pada rasul sebagai pembeda dengan yang bukan rasul. Sifat ini selanjutnya ditunjukan oleh rasulullah dalam ucapan dan perbuatannya dan berfungsi selain menjadi daya tarik dalam rangka mensukseskan dakwahnya juga agar dijadikan contoh bagi para pengikutnya. Secara garis besar sifat-sifat yang wajib bagi para rasul itu ada empat yaitu shidiq, amanah , tabligh dan fathanah.
Adapun hikmah beriman kepada rasul diantaranya ilah kita akan merasakan betapa besarnya rahmat dan perhatian Allah kepada kita semua sehingga kita bersyukur kepada Allah dan sebagai tanda syukur kita tersebut kita melaksanakan ajaran dan menteladaninya dalam kehidupan sehari-hari serta mencintainya.

DAFTAR PUSTAKA

 Nata, Abbudin. Materi pokok aqidah Modul 1-18. Jakarta : Departemen Agama 1999
 Sabiq, Sayid, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. Bandung : CV. Diponegoro. 1978
 Asmaran,As. Pengantar studi Akhlak. Jakarta : Rajawali Pers cet.ke 1 tahun 1992
 Nasution, Harun. Teologi Islam Aliran-aliran sejarah, analisa dan Perbandingan. Jakarta : Universitas Indonesia 1986
 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang :Tanjung Mas Inti, 1992

DASAR-DASAR PERENCANAAN PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perencanaan pendidikan menjadi kunci efektifitas kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun kenyataannya, perencanaan pendidikan lebih banyak dijadikan faktor pelengkap, sehingga sering terjadi tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal. Penyebabnya adalah para perencana pendidikan masih kurang memahami proses dan mekanisme perencanaan dalam konteks yang lebih komprehensif.
Makalah ini mencoba untuk memberi penjelasan tentang dasar-dasar perencanaan pendidikan dan posisinya dalam mencapai tujuan pendidikan, baik pada tingkat lokal, regional dan nasional.

B. Batasan dan Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diataranya ialah mengenai peran penting dan fungsi perencanaan pendidikan dalam menungjang keberhasilan suatu pendidikan yang diawali dengan konsep dasar perencanaan pendidikan dan mengapa dianggap penting dalam dalam manajemen pendidikan sebagai landasan dalam mengenal dan memahami perencanaan pendidikan .

C. Tujuan Penyusunan Makalah
Tujuan umum pembuatan makah "Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan" ini ialah dengan harapan agar kita dapat memahami, membuat, menerapkan, menganalis dan mengembangkan dasar-dasar perencanaan Pendidikan dengan baik demi tercapainya tujuan pendidikan. Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mandiri mata kuliah "Perencanaan Pendidikan".


BAB II
DASAR-DASAR PERENCANAAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Pada hakekatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan suatu keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya). Rangkaian proses kegiatan tersebut dilaksanakan agar harapan tersebut dapat terwujud menjadi kenyataan dimasa yang akan datang, yaitu dalam jangka waktu tertentu yang akan datang.
Perencanaan didefinisikan dalam berbagai macam ragam tergantung dari sudut pandang mana melihat, serta latar belakang apa yang mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi. Diantara definisi-definisi tersebut diantaranya :
1. Menurut Prajudi Atmusudirdjo, Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan akan sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu, oleh siapa dan bagaimana (Abin, 2000).
2. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya tidak lain adlah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu (Bintoro Tjokroamidjodjo, 1977).
3. Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa definisi diatas, dapat kita analisis dantarik beberapa butir penting yang perlu dijadikan pegangan dalam penyusunan suatu rencana. Butir-butir tersebut, diantaranya yaitu : (a) berhubungan dengan masa depan (b) seperangkat kegiatan (c) proses yang sistematis (d) hasil serta tujuan tertentu.
Dengan memliki pemahaman akan pengertian perencanaan, kita dapat merumuskan sendiri fungsi dan tujuan perencanaan. Fungsi perencanaan adalah :
a. Sebagai pedoman pelaksanaan pengendalian
b. Menghindari pemborosan sumber daya
c. Alat bagi pengembangan quality assurance, dan
d. Upaya untuk memenuhi accauntabillity kelembagaan.

B. Konsep Dasar Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketakwaan manusia.
Dalam Dictionary of education, pendidikan merupakan (a) Proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup (b) proses sosial daima orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang optimal.
Dari ketiga pokok pikiran diatas pendidikan dapat menyangkut : Pertama, adanya aktifitas atau kegiatan dimana dalam pokok pikiran nomor satu ditekankan adanya kekuatan pertama dari pihak individu yang memiliki potendi untuk berkembang berbeda yang berbeda dengan insting pada binatang yang pada perkembangannya tidak sepesat dan setinggi yang dialami manusia.
Kedua, proses tersebut datang dari dua belah pihak yaitu individu yang memilki potensi untuk berkembang dan dari pihak luar individu yang mempengaruhi perkembangan individu secara interaktif.
Ketiga, proses tersebut memilki intensitas yang sama kuatnya, baik yang datang dari individu (potensi) maupun yang datang dari luar individu lingkungan(environment).




C. Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan
Secara konseptual perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat dan proses pengambilan keputusan sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen-komponen yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan ini, antara lain :
1. tujuan pembangunan nasional bangsa yang akan mengambil keputusan dala rangka kebijaksanaan nasional dalam bidang pendidikan. Target yang hendak dicapai berarti cara menyamapaikannya pun akan juga mempengaruhi didalamnya. Misalnya waktu pelaksanaan, pertahapan, taksis, dan strategi dala meletakan jalur kebijakan kemana akan dibawa pendidikan itu.
2. Masalah strategi adalah termasuk penganganan policy (kebijakan) secara operasional yang akan mewarnai proses pelaksanaan dari perencanaan pendidikan. Maka ketepatan peletakan strategi ini sangat penting adanya. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan policy (kebijaksaan) ini adalah berkenaan dengan :
a. Sifat dan kibijakan pendidikan nasional
b. Proses nasional yang dalam tingkatan sedang berkembang
c. Cara pendekatan yang dipergunakan sebagai watak sistem perencanaan.
Karakteristik perencanaan pendidikan ditentukan oleh konsep dan pemahaman tentang pendidikan. Dengan mempertimbangkan cirri-ciri pendidikan dalam perananya dalam proses pembangunan, maka perencanaan pendidikan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi,
2. Harus memberikan kesempatan untuk mengembangkan segala potensi peserta didik seoptimal mungkin
3. Harus memberikan kesempatan yang sama bagi peserta didik.
4. Harus komprehensif dan sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentaris tapi menyeluruh dan terpaduserta disu

4. Analisis posisi Perencanaan Pendidikan
5. Mekanisme Perencanaan Pendidikan

Model-Model Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa. Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Sebagai konsekuensi dari pemikiran di atas, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberdayakan dan mengaktifkan belajar siswa serta kajian materi pendidikan agama yang fungsional dan secara langsung sesuai dengan ajaran agama, nilai, dan perilaku beragama terkait dengan situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu model tersebut adalah dengan dikembangkannya model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran pendidikan agama.

B. Rumusan dan Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam makalah ini lebih terarah dan sesuai dengan tema yang telah ditetapkan "Model-Model Pembelajaran". Berikut ini kami rangkai beberapa pertanyaan yang akan kami bahas dalam makalah ini diantaranya :
1. Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran ?
2. Apa yang melatar belakangi dirancangnya model Pembelajaran ?
3. Bagaimana cirri-ciri dari model pembelajaran

C. Tujuan Pembuatan Makah
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah diatas, yakni untuk mengetahui:
1. Pengertian Model Pembelajaran
2. Latarbelakang dirancangnya model pembelajaran
3. Ciri-ciri model pembelajaran

BAB II
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Model-Model Pembelajaran
Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Setiap model pembelajaran mengarah pada desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Soekamto dkk, Mengemukakan bahwa yang dimaksud dari model pembelajaran adalah : "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pelajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar". Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran meberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Joyce dan Well (1992) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajan dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

B. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pendidikan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbrt Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. MIsalnya model berfikir induktif dirangcang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas. Misalnya model Synectic dirancang untuk memperbaiki kreatifitas dalampelajran mengarang.
d. Memiliki bagian-bagian dalam pelaksanaannya, yaitu : (1) Urutan langkah-langkah pembelajaran (2) Adanya prinsip-prinsip reaksi (3) Sistem sosial (4) Sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupkan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi : dampak pembelajaran, hasil belajar yang dapat diukur dan dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang.
f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model belajar yang dipilihnya.

C. Macam-macam Model Pembelajaran
Para ahli menyusun model-model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem atau teori-teori lain dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu :
1. Model Interaksi Sosial
Model interaksi sosial menekankan pada hubungan personal dan sosial kemasyarakatan diantara peserta didik untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field Theory).
Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek / peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan bermakna jika materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.
Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
- Pengalaman instink. Peserta didik hendaknya mempunyai kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek.
- Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkai dalam suatu objek akan menunjang pembenatukan suatu pemahaman dalam proses pembelajaran.
- Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan.
- Prinsip Ruang Hidup (Life space). Prinsip ini menyatakan bahwa peserta didik terkait dengan lingkungan/medan tempat ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memilki kaitran dengan situasi lingkungan tempat peserta didik berada.
Model interaksi sosial ini mencakup startegi pembelajaran sebagai berikut :
 Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skill dala bidang akademik.
 Pertemuan kelas, bertujuan untuk mengembangkan pemahaman mengenal diri sendiri dan rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
 Pemecahan masalah sosial atau inquiry social bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berfikir logis.
 Model Laboratorium, bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluwesan dalam kelompok.
 Bermain peran, bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi peseta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
 Simulasi sosial bertujuan untuk membantu peserta didik dalam menghadapi beragai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.

2. Model Pemrosesan Informasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasarkan oleh teori belajar kognitif (piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik meproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya.
Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Pembelajaran merupkan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (Human capitalies) yang terdiri dari :
- Informasi verbal
- Kecakapan intelektual
- Strategi kognitif
- Sikap, dan
- Kecakapan motorik.
Robert M. Gagne mengemukakan ada delapan fase proses pembelajaran, diantaranya :
a. Motivasi yaitu fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan sesuatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi instrinstik dan ekstrinstik)
b. Pemahaman yaitu individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
c. Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempresepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori peserta didik.
d. Penahanan yaitu menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Hal ini merupakan proses mengingat jangka panjang.
e. Ingatan kembali, yang mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan bila ada rangsangan.
f. Generalisasi, yaitu menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
g. Perlakuan yaitu perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
h. Umpan balik yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukan.
Ada sembilan langkah yang harus diperhatikan guru dikelas dalam kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi.

- Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik
- Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas
- Merangsang peserta didik untuk memulai aktifitas pembelajaran
- Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topic yang telah dirancang
- Memberikan bimbingan bagi aktifitas peserta didik dalam pembelajaran
- Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukan peseta didik
- Melaksanakan penilaian proses dan hasil
- Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalaman.
Model proses informasi meliputi beberapa pendekatan/strategi pembelajaran diantaranya sebagai berikut :
- Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan membentuk teori
- Latihan inqury, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan
- Inquiry keilmuan, yaitu bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam domain-domain disiplin ilmu lainnya.
- Pembentukan konsep, yaitu bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir individu mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
- Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum terutama berfikir logis, aspek sosial dan moral.
- Advanced Organizer model yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Implikasi teori belajar kognitif (Piaget) dalam pembelajaran diantaranya seperti dibawah ini :

• Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu hendaknya guru menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
• Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajar sebaik mungkin (fasilitator. Ing ngarso sungtulodo, ingmadyo mangun karso, tutwuri handayani)
• Bahan yang dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing dan berilah peluang kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
• Dikelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisasi dan berdiskusi sebanyak mungkin.

3. Model Personal
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Model ini bertitik tolak dari teori humanistic, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peseta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu mengembangkan hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh Humanistik adalah Abraham Maslow ( 1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Chomb. Menurut teori ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam mengembangkan diri baik emosional maupun intelektual. Teori humanistic timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusi. Pada teori humanistic ini, pemdidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensitivitas peserta didik terhadap perasaannya.
Implikasi teori ini dalam pendidikan adalahg sebagai berikut :
- Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan
- Bertingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang
- Semua individu memilki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri
- Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepnya sendiri
- Mengajar adalah bukan hal penting, tetapi belajar bagi peserta didik adalah hal yang sangat penting
- Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut :
• Pembelajaran non Directif, yaitu bertujuan untuk membantu kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman dan konsep diri)
• Laihan kesadaran, yaitu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepada peserta didik.
• Sinetik, yaitu untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memacahkan masalah secara kreatif
• Sistem konseptual, yaitu untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
4. Model Modifikasi Tingkah Laku (behavioral)
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah lakudengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugasyang dipelajari peserta didik agar lebih efisien dan berurutan.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu :
• Fase mesin pengajaran
• Penggunaan media
• Pengajaran berprograma
• Operant Conditioning, dan operant reinforcement.
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah menigkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru selalu perhatian terhadap tingkah lakum peserta didik. Modifikasi pada anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward sebagi reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.

BAB III
KESIMPULAN

Model pmbelajaran adalah : "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pelajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar".
Model pendidikan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
b. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
c. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
d. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar dikelas.
e. Memiliki bagian-bagian dalam pelaksanaannya, yaitu :
(1) Urutan langkah-langkah pembelajaran
(2) Adanya prinsip-prinsip reaksi
(3) Sistem sosial
(4) Sistem pendukung.
f. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.
g. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model belajar yang dipilihnya.
Para ahli menyusun model-model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem atau teori-teori lain dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran yaitu :
1. Model interaksi sosial
2. Model Pemrosesan informasi
3. Model personal
4. Model modifikasi tingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA


 Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta : Prestasi Pustaka
 Wiryawan, S.Adan Noorhadi. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka
 Fathurrohman, Pupuh, dan M. Shobri, Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung : Rafika Aditama.
 Bahri, Syaeful dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.